Tuesday, June 15, 2010

My mom

Dear God,
Satu hal yang nggak mungkin saya lupakan adalah ketika saya menginjak semester akhir S1, sekitar tahun 2006. Saat semua orang tua (terutama ibu) teman-teman saya "mengancam" anak-anaknya, tidak akan mensubsidi uang kuliah apabila kuliahnya tidak lulus tepat waktu. Memang waktu itu saya dan teman-teman seangkatan sudah mulai stres dan was-was apakah kami bisa lulus tepat waktu. Begitupun saya ketika di rumah, mungkin terlihat betapa stresnya saya mengerjakan skripsi, revisi dan revisi lagi, mencari dan mengejar dosen, berkejaran dengan deadline terakhir pendaftaran wisuda. 
Namun apa kata mama saya? Beliau berkata, "siapa yang suruh kamu lulus tahun ini? Kan nggak ada yang suruh kamu lulus tahun ini. Yang penting kamu sudah usaha maksimal, kalau nggak bisa lulus tahun ini, ya sudah".
Waktu itu saya cuma heran saja dan nggak ambil pusing dengan kata-kata mama. Yang penting saya harus lulus tepat waktu!

Alhamdulillah saya lulus dan wisuda tepat waktu. Setelah itu, saya dan teman-teman bingung mencari pekerjaan, meski ada beberapa teman perempuan saya yang langsung menikah (bahkan ada yang menikah sebelum lulus kuliah). Pada masa-masa itu kami saling membantu dan saling berdiskusi pekerjaan apa yang "enak" untuk kami. Mulailah kami berburu pekerjaan yang kami anggap "ideal", kecuali pacar saya-yang sekarang menjadi suami saya- karena dia konsisten, mau bekerja keras dulu di awal, tidak langsung mencari apa yang "enak".

Satu bulan sejak wisuda, saya masih belum punya pekerjaan, padahal sudah tidak ada kegiatan apa-apa lagi. Memang seharusnya saya bisa bersenang-senang saja, tapi saya stres juga kalau-kalau tidak ada yang mau menerima saya bekerja. Namun lagi-lagi, apa kata mama saya? Beliau berkata, "siapa yang suruh kamu cepat dapat kerja? Nikmati dulu saja waktumu, santai-santai saja lah dulu". Waktu itu saya juga cuma heran, tapi nggak menganggap itu penting. Saya tetap berusaha, dan akhirnya satu bulan kemudian saya bekerja di sebuah proyek milik dosen saya.

Nggak berhenti sampai di situ saja, mama juga terus mendorong saya untuk melanjutkan kuliah S2 dengan alasan saya masih muda untuk bekerja (waktu itu saya 22 tahun). Saya bimbang, karena ada mitos bahwa lulusan S2 tanpa pengalaman akan susah diterima kerja. Waktu itu saya sebenarnya juga berkeinginan untuk ambil S2 di Australia dan mama juga setuju.Tetapi karena saya terus bimbang, saya takut kalau sudah S2 tanpa pengalaman kerja, akan sama saja susah mencari kerja. Akhirnya kami mengambil jalan tengah, saya ambil S2 di Indonesia saja dengan pilihan jurusan saya, dengan pertimbangan kalau di sini saja, kemungkinan bisa sambil bekerja.

Dengan dorongan mama, akhirnya awal tahun 2007, saya diterima seleksi S2 di Unair. Sebagai persyaratan karena saya dianggap fresh graduate, saya harus magang di RS selama 1 tahun. Jadi saya mengundurkan diri dari proyek dosen saya dan memulai program magang saya. (Sedihnya ternyata pada tahun yang sama, bulan Agustus 2007, mama didiagnosa mengidap kanker paru).
Dari sekelumit cerita itu, mama saya menunjukkan usaha yang berbeda dari orang tua lain. She always wanted me to be protected from the outside world.



Ya Allah... Ampunilah aku, ibu bapakku dan kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.

Love,
Andin 

Tuesday, June 8, 2010

Cleanliness

Dear God,
I am trying to take everything as a lesson for my life, especially what my mom had told me before which I never believed. I was tend to disobeyed her. 
One thing that I realized first after my mom gone is about her cleanliness. Many families (read: mother) who are not really clean and neat. This is what I experienced in my husband's family. Actually I have already seen these in other families before, but I never took too seriously.
Once again, my mom wasn't a perfect human in the world, but she tried really hard to be one. And I appreciate her for that.

Love,
Andin

First post

Dear God,
I made this blog for my mom. Would you pass it to her?
Please give her the best place beside You..

Love,
andin